Hampir semua dari kita belajar
membaca Al-Qur`an melalui tahapan Iqro` terlebih dahulu. Buku Iqro` yang terdiri
dari enam buah jilid harus kita pelajari satu demi satu hingga lancer dan bisa
dilanjutkan dengan membaca Al-Qur`an. Sungguh luar biasa, bayangkan jika kita
tidak mempelajari Iqro` terlebih dahulu, namun langsung membaca Al-Qur`an,
tentu akan terasa sangat sulit, bukan? Untuk itu, kita bersyukur sekali bisa
mengenal huruf terlebih dahulu di dalam Iqro’, kemudian baru bisa melanjutkan
untuk membaca Al-Qur`an
setelah melewati ke enam tahapan Iqro’.
Tapi tahukah kita bahwa Iqro`
adalah sebuah metode? Sebuah metode untuk belajar membaca Al-Qur`an tingkat
dasar? Siapakah pencetus metode ini? Mari kita bahas.
Metode Iqro` ini disusun oleh KH.
As’ad Humam. Sosok beliau bisa kita lihat di bagian sampul belakang buku Iqro`.
Ya, seorang laki-laki berkaca mata, mengenakan pakaian serta peci berwarna hitam itu adalah
beliau, KH. As’ad Humam.
KH. As’ad Humam yang mempunyai
nama asli “As’ad” lahir pada Tahun 1933. Beliau merupakan anak kedua dari tujuh
bersaudara. Ayahnya bernama H. Humam Siradj dan nama “Humam” inilah yang
kemudian diletakan setelah nama “As’ad”. Beliau bersama keluarga tinggal di
Kampung Selokraman, Kotagede Yogyakarta. Keluarga beliau merupakan keluarga
wiraswasta, dan beliau sendiri pada masa remajanya merupakan seorang pedagang
di Pasar Bringharjo kawasan Malioboro Yogyakarta. Dan profesi inilah yang pada
akhirnya mengantarnya berkenalan dengan KH. Dachlan Salim Zarkasyi.
Setelah berkenalan dengan KH.
Dachlan Salim Zarkasyi, beliau yang hanya berpendidikan Kelas 2 Madrasah
Mualimin Muhamadiyah Yogyakarta (setingkat SLTP) ini tergerak hatinya untuk
berperan serta dalam memajukan pendidikan agama, khususnya pelajaran baca tulis
Al-Qur’an. maka kemudian beliau ikut bersama KH. Dachlan Salim Zarkasyi untuk
mengajar baca tulis Al-Qur’an dengan menggunakan metode Qiroati, sebagaimana
yang telah digunakan atau dijalankan oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi selama
ini. Selama beliau mengajarkan baca tulis Al-Qur’an dengan metode Qiroati,
beliau telah menganalisa dan menemukan beberapa solusi untuk memperbaiki dan
meningkatkan pencapaian pendidikan bagi mereka yang belajar baca tulis
Al-Qur’an. Dari Qiroati ini pula kemudian muncul gagasan-gagasan beliau untuk
mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode ini bagi santri
yang belajar Al Quran. Mulailah beliau bereksperimen, dan hasilnya kemudian
dicatat, dan diusulkan kepada KH Dachlan Zarkasyi.
Namun, beliau tidak mendapatkan
kewenangan dari KH. Dachlan untuk memperbaiki metode Qira`ati. Karena
menurutnya metode Qiroati adalah metode belajar yang sudah baku, tersendiri,
dan tidak boleh dirubah atau dicampuri dengan metode lain. Sehingga pada
akhirnya KH As’ad Humam yang bekerjasama dengan Team Tadarrus Angkatan Muda
Masjid dan Mushalla (Team Tadarrus “AMM”) Yogyakarta menyusun sendiri sebuah
metode cepat belajar membaca Al-Qur’an yang kemudian dinamai dengan metode
Iqro`.
Metode Iqro ini dirangkum dalam
enam jilid kitab berukuran saku yang mudah dibawa ke mana-mana, dan bersifat
interaktif (siswa belajar dan mengevaluasi sendiri, dengan pengajar menunjukan
pengucapan yang benar). Metode Iqro ini telah berhasil meningkatkan kemampuan
bagi orang yang belajar baca tulis Al-Qur’an, bahkan tidak sedikit anak yang
berumur dibawah usia lima tahun telah mampu membaca Al-Qur’an berkat metode
Iqro ini. Dikarenakan Metode Iqro ini dianggap efektif untuk mengajarkan
membaca Al-Qur’an, maka sampai saat ini Metode Iqro ini telah digunakan hampir
di seluruh wilayah Indonesia bahkan kini telah juga diajarkan dinegara-negara
lain seperti Brunei Darussalam, Malaysia dan lain-lain.
Metode Iqro` juga adalah satu
dari beberapa metode lainnya seperti, Qiro`ati, Baghdadi, Hataiyyah, Al-Barqi,
serta metode Kamali. Di Indonesia, sebelum ada metode Iqro`, mayoritas
menggunakan metode Qira`ati yang dicetus oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi.
Pada awalnya, pengembangan metode
Iqro yang digagas oleh KH As’ad Humam ini hanya perantaraan dari mulut ke
mulut, namun karena ketekunan KH. As’ad Umam, metode Iqro mampu dikembangkan
secara luas dan diterima baik oleh masyarakat di Indonesia bahkan di dunia
internasional, dengan dibantu aktivis yang tergabung dalam Team Tadrus AMM
Yogyakarta.
Banyak para penguji mencoba
mengadakan pengujian terhadap keakuratan metode ini. Ternyata hasilnya
membuktikan, selain sederhana, metode iqro sangat mudah untuk mempelajari
Al-Qur’an. Singkatnya, setelah melalui studi banding dan uji coba tersebut,
maka pada tanggal 21 Rajab 1408 H, bertepatan dengan tanggal 16 Maret 1988,
didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) AMM Yogyakarta. Setahun
kemudian, tepatnya tanggal 16 Ramadhan 1409 H (23 April 1989) didirikan pula
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) AMM Yogyakarta.
Dan pada tahun 1991 Menteri Agama
RI, H Munawir Sjadzali MA, TKA /TPA yang didirikan K.H. As’ad Humam di kampung
Selokraman Kotagede Yogya sebagai balai litbang LPTQ Nasional. Selanjutnya,
perkembangan Iqro’ pun meluasa tidak hanya di di Yogyakarta dan Jawa Tengah
saja namun sudah sampai ke pelosok-pelosok tanah air dan mancanegara. Bahkan di
Malaysia, metode Iqro ditetapkan sebagai kurikulum wajib di sekolah.
Metode Iqro’ sendiri telah sering dijadikan objek penelitian.
Hasilnya, efektivitas metode Iqro’ dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an di
TKA-TPA AMM Kotagede Yogyakarta bagi anak usia TK (4,0 – 6,0 tahun) dalam waktu
6–18 bulan sudah mencapai angka 89,9% yang bisa diantarkan memiliki kemampuan
membaca Al-Qur’an. Sedang untuk anak usia SD (mayoritas usia 7,0 – 9,0 tahun)
ternyata lebih cepat lagi. Dalam waktu 12 bulan, mayoritas dari mereka (84,31%)
telah lancar membaca Al-Qur’an. Waktu yang relatif cepat bila dibandingkan
dengan metode (kaidah) Baghdadiyah melalui sistem pengajian “tradisional” yang
memerlukan waktu 2–5 tahun.
Kesemuanya itu ternyata mampu
menggairahkan kembali umat Islam untuk mempelajari Al-Quran. Bahkan dari data
yang ada pada Balai Penelitan dan Pengembangan (Balitbang) Lembaga Pengajaran
Tartil Quran (LPTQ) Nasional di Yogyakarta, tercatat pada tahun 1995 diseluruh
Indonesia kurang lebih telah tumbuh unit-unit TKA-TPA sebanyak 30.000 unit
dengan santri mencapai 6 juta anak (Balitbang LPTQ Nasional: 1995). Tak hanya
di dalam negeri, buku Iqro ini juga sudah dipakai di luar negeri seperti negeri
Jiran Malaysia, Singapura, Bruney Darussalam, Arab Saudi, bahkan Amerika.
KH. As’ad Humam semasa hidupnya
mengalami penyakit pengapuran tulang belakang. Sehingga sulit bagi beliau untuk
berbungkuk, bahkan pun ketika shalat, beliau ruku’ dan sujud hanya dengan
isyarat saja. menjalani perawatan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta selama
satu setengah tahun. Penyakit inilah yang dikemudian hari membuat As’ad Humam
tak mampu bergerak secara leluasa sepanjang hidupnya.
Kini, K.H. As’ad Humam telah
meninggalkan kita untuk selamanya. Pada awal Februari tahun 1996 dalam usia 63
tahun, beliau dipanggil Allah
. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada
bulan Ramadhan hari Jum’at (2/2) sekitar Pukul 11:30. Jenazah KH. As’ad Humam
dishalatkan di mesjid Baiturahman Selokraman Kota Gede Yogyakarta tempat beliau
mengabdi. Beliau juga bukan seorang akademisi atau kalangan terdidik lulusan
Pesantren atau Sekolah Tinggi Islam, beliau hanya lulusan kelas 2 Madrasah
Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta (Setingkat SMP). Walaupun demikian, beliau sangat layak disebut sebagai
pahlawan bagi kita semua karena kontribusinya dalam Ilmu yang sangat utama.
Meskipun beliau telah meninggal dunia, semoga Iqro menjadi ilmu yang
bermanfa’at dan menjadi amalan yang tidak pernah putus untuk KH. As’ad Humam
dan menambah kebaikan beliau di sisi Allah . Aamiin. (Dikutip dari berbagai sumber.)
