Menuntut
ilmu adalah satu keharusan bagi kita kaum muslimin. Banyak sekali dalil yang
menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya.
Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut
berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita sangatlah banyak.
Adab-adab tersebut di antaranya adalah:
- Ikhlas karena Allah.
Hendaknya
niat kita dalam menuntut ilmu adalah kerena Allah I dan untuk negeri akhirat.
Apabila seseorang menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa
mendapatkan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang terpandang atau
niat yang sejenisnya, maka Rasulullah e telah memberi peringatan tentang hal
ini dalam sabdanya :
"Barangsiapa yang
menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk
mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau sorga pada hari
kiamat".( HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu Majah.
Tetapi
kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau
Doktor, misalnya ) bukan karena ingin mendapatkan dunia, tetapi karena sudah
menjadi peraturan yang tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan
yang lebih tinggi, segala ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan
ilmu atau dalam mengajar. Niat ini - insya Allah - termasuk niat yang benar.
- Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.
Semua manusia pada
mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk meng-hilangkan kebodohan dari diri
kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya
kepada orang lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja
mengajarkan kepada orang lain itu dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil
faidah dari ilmu kita.
Apakah
disyaratkan untuk memberi mamfaat pada orang lain itu kita duduk dimasjid dan
mengadakan satu pengajian ataukah kita memberi mamfa'at pada orang lain dengan
ilmu itu pada setiap saat? Jawaban yang benar adalah yang kedua; karena
Rasulullah saw bersabda :"Sampaikanlah dariku walupun cuma satu ayat (HR:
Bukhari).
Imam
Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para
muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat
menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.
- Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at.
Sudah menjadi keharusan
bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at.
Karena kedudukan syari'at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya
ia tidak berarti apa-apa. Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal
yang menyimpang dari agama (bid'ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan
Rasulullah e. Hal ini tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang
memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qor'an dan As-Sunnah.
- Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat.
Apabila
ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan
lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan ijtihad, bukan persoalaan
aqidah, karena persoalaan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbedaan
pendapat di kalangan salaf. Berbeda dalam masalah ijtihad, perbedaan pendapat
telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada masa Rasulullah e masih hidup.
Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang lain yang
kebetulan berbeda pandapat dengan kita.
- Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
Termasuk
adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah
diperoleh, karena amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak
maupun muamalah. Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah seperti orang
memiliki senjata. Ilmu atau senjata (pedang) tidak akan ada gunanya kecuali
diamalkan (digunakan).
- Menghormati para ulama dan memuliakan mereka.
Penuntut
ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di
kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan
keliru di dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah
termasuk dosa besar apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama.
- Mencari kebenaran dan sabar.
Termasuk
adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari
kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita
yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita
sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan
hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan bukti bahwa hadits itu adalah shahih,
kita berusaha lagi mencari makna (pengertian ) dari hadits tersebut. Dalam
mencari kebenaran ini kita harus sabar, jangan tergesa-gasa, jangan cepat
merasa bosan atau keluh kesah. Jangan sampai kita mempelajari satu pelajaran
setengah-setengah, belajar satu kitab sebentar lalu ganti lagi dengan kitab
yang lain. Kalau seperti itu kita tidak akan mendapatkan apa dari yang kita
tuntut.
Dikutip
dari " Kitabul ilmi" Syaikh Muhammad bin Shalih Al'Utsaimin.(Abu
Luthfi)